SUFISME ADALAH AJARAN, DOKTRIN DAN JALAN PRAKTEK PADA KESADARAN YANG MENDALAM AKAN TUHAN

Sufisme adalah ajaran dan doktrin yang memberikan suatu jalan (praktek), yang ditujukan pada kesadaran yang mendalam akan Tuhan. Kesadaran semacam ini, dalam pengandaian yang umum, berdasarkan hadis Nabi, sering diidentikkan dengan ihsan, yaitu merasa seakan-akan melihat Allah, atau setidaknya merasa selalu diawasi oleh-Nya. Jalan yang bersifat spiritual atau rohaniah ini merupakan fitrah manusia yang ingin mencapai hakikat (pengetahuan) yang tinggi, berada dekat atau sedekat mungkin dengan sang pencipta, yaitu Allah swt, dengan menyucikan dan melepaskan jiwa dari keterpenjaraan jasad yang bersifat kebendaan, di samping melepaskan jiwa dari noda-noda sifat dan perbuatan yang tercela.

*Menurut Robert Frager sedikitnya ada lima jalan di dalam tradisi sufi, yaitu jalan (melalui) hati, akal, kelompok, zikir, dan pelayanan.
*Manifestasi ajaran dan praktek tasawuf ini, dalam sejarahnya yang panjang, tidak dapat dipungkiri menghasilkan bentuk-bentuk kesenian yang khas dan beragam, dari puisi hingga arsitektur. Sebagaimana disebutkan oleh Seyyed Hossein Nasr, bahwa di lapangan seni dan ilmu pengetahuan pengaruh sufisme atau tasawuf sangatlah besar. 

Para sufi hidup di dunia ini seakan-akan tinggal di pelataran depan taman firdaus, dan karenanya menghirup udara dalam suasana kerohanian, tempat keindahan memancar dari semua perkataan dan perbuatan mereka. Islam sendiri menyebut salah satu aspek penting ilahi sebagai keindahan (jamal), dan gambaran ini khususnya sangat ditekankan dalam tasawuf, yang secara kodrati timbul dari Islam dan mengandung hal-hal yang hakiki.

Lebih lanjut menurut Nasr, salah satu aspek yang paling berkaitan dengan pesan spiritual seni Islam saat ini adalah kemampuannya dalam menyampaikan esensi Islam melalui cara yang lebih langsung dan dapat dipahami dibandingkan penjelasan yang ilmiah semata. Seni Islam dianggapnya menjadi medium yang efektif dalam menyampaikan pesan spiritual Islam. Sebaris kaligrafi tradisional atau dekorasi arabeska dapat berbicara lebih cakap tentang intelegensi dan kemuliaan yang menjadi karakter pesan Islam dibandingkan karya apologis para modernis atau para aktivis.

Lebih khusus dalam sufisme, para sufi adalah pengolah seni, bukan karena seni merupakan tujuan para sufi melainkan oleh karena dengan mengikuti tasawuf seseorang akan menjadi sadar akan keindahan Ilahi yang menyatakan diriNya di mana-mana, dan berdasarkan yang demikian para sufi menciptakan bendabenda yang indah yang memancarkan keindahan sang Seniman Agung.

Seni lukis sebagai salah satu cabang kesenian yang sangat tua telah menjadi medium untuk menyampaikan pesan-pesan kemanusiaan, baik yang bersifat lahiriah maupun yang spiritual. Dalam prakteknya selama berabad-abad, dalam banyak peradaban, yang bersifat mistik maupun non-mistik, lukisan menjadi ekspresi individu-kerohanian (tidak terbatas dalam pengertian spiritual), dari tadinya bersifat anonim dan ada kalanya oleh kelompok yang kemudian menjadi sangat individual, dalam mencurahkan pikiran dan perasaan akan hal-hal yang dipandang indah. Aspekaspek keindahan ini seiring waktu memiliki banyak dimensi, dengan begitu estetika menjadi ilmu yang cukup luas dalam menerjemahkan keindahan menurut persepsi yang beragam itu. 

Dalam aspeknya yang mistik—misalnya pada gua Altamira di Spanyol, dan di Lascaux, barat daya Perancis, atau yang juga ditemukan di gua Leang-leang, Sulawesi Selatan, maupun di Kalimantan Timur— lukisan menjadi medium orang-orang pada masa purba untuk menjerat buruannya. Baca Juga : Mengulas-sekelumit-tentang-pokok-pokok

Dalam aspek kerohanian yang lain, sebagaimana pada lukisan-lukisan Michelangelo di Chapel de Sistine (Vatikan Roma), lukisan menjadi ekspresi pesan keagamaan yang tidak sekadar bersifat spiritual, namun juga indah. Begitu juga yang tervisualisasikan melalui kaligrafi dan arabeska yang menghiasi dinding-dinding Kubah Batu di Jerusalem, Masjid Umayyah di Damaskus, maupun di Masjid Kordoba dan Istana Alhambra Spanyol, seperti ilustrasi-ilustrasi seni lukis miniatur memperindah kitab-kitab keagamaan Islam pada abad pertengahannya (dan sesudahnya), entah di Mesir, Persia, Turki, Andalusia (Spanyol), dan India, dari peninggalan dinasti-dinasti Mamluk, Safawiyah, Ustmaniyah, dan Mughal.


Comments

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
Kirim E-mail anda dapatkan artikel berlangganan gratis....

ENTER YOUR EMAIL ADDRESS :

DELIVERED BY SIULAN TRIBUN MANIA ||| siulantribunmania@gmail.com

☇POPULAR POST

MAN ARAFAH NAFSAHU FAKAD ARAFAH RABBAHU

AL-GHAZALI DAN JIDAT HITAM

SELAMAT ULANG TAHUN , OM CHARLES!

JALALUDDIN RUMI MENGGAPAI CINTA ILAHI DENGAN MENARI

KATA PENGANTAR : APA ITU BLOGGER DAN LATAR BELAKANG SEJARAHNYA

👀FOLLOWERS