Definisi Provokasi
adalah : Suatu aksi yang dilakukan oleh provokasi untuk memicu agresi
induvidu-induvidu sehingga induvidu tersebut cenderung untuk membalasnya dengan
suatu perbuatan tertentu (counter agression).
Pengertian Provokasi
adalah semacam tindakan “pancingan” atau “tantangan” terhadap orang lain
(Poerwardarminta : 2003)
Pengertian Provokasi
Politik adalah provokasi yang disampaikan secara lansung ataupun tidak lansung
yang merupakan tantangan atau pancingan kepada lawan politik, yang bertujuan
untuk memanas-manasi lawan politik, menjatuhkan citra lawan politik serta
meningkatkan dukungan dan citra kandidat yang melancarkan aksi provokasi
tersebut (Artha : 2009)
Provokator,
memiliki makna orang yang memprovokasi sesuatu agar melakukan sesuatu yang
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orang yang memprovokasi. Tapi perlu kita
ketahui pula, dalam Bahasa Indonesia, provokasi memiliki arti pancingan,
tantangan atau membangkitkan perasaan atau tindakan. Dan memiliki sinonim lain
pula dalam bahasa Indonesia, agitator, penghasut dan pengusung. Dalam
keseharian, kata provokasi ini cenderung bermakna negatif yaitu memanasi
situasi supaya terjadi sesuatu yang tidak diinginkan yang diprovokasi. Padahal
arti provokasi ini memiliki dua sisi makna negatif atau positif tergantung pada
penempatannya. Contoh kalimat dari bahasa asalnya, “His jokes provoked a lot of
laughter from audiences” yang berarti leluconnya menimbulkan gelak tawa dari
para penonton.
Dalam
keseharian lebih sering muncul sosok provokator dalam artian negatif ketimbang
positif. Lihat saja, pada masa-masa pilkada, unjuk rasa massa atau mahasiswa,
kerumunan penonton sebuah pagelaran musik,
atau suporter even olahraga, kemungkinan besar provokator akan muncul
dengan dimulai dari hal-hal yang sepele. Ketika muncul maka akan dimanfaatkan
situasi yang penuh aroma emosional, dipicu hingga muncul sebuah keributan dan
akhirnya sebuah kekacauan massa dan permusuhan bahkan pertikaian.
Dari
sisi lain, makna provokator pun memiliki sisi positif atau artian positif bila
ditempatkan pada sisi positif dan memiliki kesamaan maksud dengan motivator.
Motivator memberikan motivasi atau dorongan-dorongan secara kontinyu dan
bersambung terhadap sebuah aktivitas positip pada orang-orang yang tidak
memiliki motivasi terhadap sebuah aktivitas tersebut. Seorang motivator juga
harus sangat bisa dan cakap dalam memprovokasi secara positip terhadap orang
yang masih kurang greget terhadap aktivitas yang sedang dimotivasikan.
Bentuk-bentuk provokasi positip ini harus beriring dangan pemotivasian agar
terasa kekuatan dalam menggerakkan orang. Bentuk provokasi positip ini banyak
bentuknya, sebagai contoh :
1. Membandingkan dengan orang lain yang sudah
termotivasi sehingga orang yang belum termotivasi. Misal : “Kemampuan Anda sama
dengan si Fulan, tapi Anda jauh tertinggal dengan si Fulan”, “Orang lain saja
yang lebih banyak dosanya mampu bertaubat dan berbuat baik sebagai ganti
perbuatannya buruknya, seharusnya Anda bisa seperti itu”, “Kualitas otak kita
semua sebenar sama, hanya Anda masih belum mengoptimalkan”.
2. Memberi contoh langsung di hadapan orang
yang bersangkutan, umpama ada seorang kaya di datangi anak peminta-minta tapi
tidak memberikan respon baik, Anda berada di sebelahnya dengan biasa-biasa
kemudian memberikan uang sepuluh ribu ke anak pengemis tersebut (Subhanallah…),
cucu Rasulullah SAW ketika memprovokasi seseorang laki-laki tua yang
berwudhunya tidak sempurna, kisah usaha tiga orang yang terkurung dalam gua
kemudian salah satu dari mereka mengajak untuk berdo’a dengan berwasilahkan
amal ikhlas mereka agar terselamatkan dari kurungan dalam gua.
3. Memunculkan bentuk persaingan positip
secara langsung, umpama kisah Umar bin Khatthab ra bershadaqah kepada
perjuangan dengan separuh hartanya, kemudian Abu Bakar ra datang dengan membawa
semua harta untuk di shadaqahkan dan Umar merasa masih kalah dan ingin lebih
dari itu lagi, Kisah Rasulullah SAW yang menunjukkan seseorang yang hadir di
majlisnya merupakan seorang ahli syurga dengan keutamaan amalannya dihadapan
shahabat lainnya yang sudah jelas memiliki keutamaan masing-masing, Pujian
Rasulullah SAW pada masing-masing shahabat dengan masing-masing kekhasan
keutamaan amalannya seperti ‘Ali bin Abi Thalib ra dengan istilah Babul ‘Ilm,
Abu Bakar ra dengan julukan As Shiddiq, ‘Umar bin Khatthab ra dengan julukan al
Faruq, Khalid bin Walid ra dengan Saifullah, dan sebagainya.
Provokasi-provokasi
positip inilah sebagai penguat dari motivasi-motivasi untuk berbuat perbuatan
baik, baik untuk diri sendiri maupun bermanfaat bagi orang banyak. Negeri
inipun sudah terlalu banyak dengan para provokator-provokator negatif sehingga
terjadi kepurukan, misalnya seseorang bisa korupsi satu milyar maka mengapa
tidak orang lain muncul bisa lebih dari satu milyar, pejabat yang masuk penjara
nyaman maka mengapa tidak pejabat lain yang bermasalah masuk penjara bisa lebih
nyaman lagi di dalamnya, orang yang terjerat hukum besar masih bisa berlenggang
kangkung jalan-jalan ke mana ia suka karena sudah ada contohnya dan banyak,
banyak kasus narkoba terjadi karena banyak kasus yang sama tidak mendapat
hukuman yang keras, banyaknya kekerasan di daerah-daerah karena sudah
dicontohkan di daerah lain tanpa ada penyelesaian yang pasti…banyak lagi….
Negeri
ini sudah banyak para motivator tapi masih sedikit motivator yang provokator,
ingat pula kisah Bung Karno berpidato di hadapan ribuan orang dengan berapi-api
beliau memotivasi sambil memprovokasi yang hadir dengan sebuah tantangan agar
ia diberi sepuluh pemuda untuk mengguncang dunia dengan kebaikan-kebaikan
perjuangan dan perubahan. Atau sosok Thariq bin Ziyad setelah mendarat di
daratan Spanyol dengan membakar perahu-perahu pasukannya dan memberikan dua
pilihan pahit yang salah satu harus dipilih, dan menjadi inspirasi seorang
pelaut Portugis atau Spanyol ketika mendarat pertama kali di benua Amerika
untuk tujuan menguasai benua tersebut. Atau sosok Andy F Noya dalam sebuah
acara di TV swasta dengan menampilkan orang-orang yang luar biasa di hadapan
penonton/pemirsa dan beliau menanggapi dengan celetukan-celetukan ringan tapi
menggerakkan bagi yang memperhatikan dan dapat menjadi gelombang tsunami
perubahan.
Provokator dan motivator ibarat dua sisi coin yang mempunyai nilai sama tergantung pada stuasi dan tempat. Nah hanya provakator dan motivator mempunayi sifat dan cara berfikir yang berbeda lazim dimiliki setiap orang. Hal inilah yang sering menjadi pemicu kesalah pahaman. Keadaan akan semakin rumit bila Anda bertemu dengan seseorang yang memiliki watak provokator. Karena orang berwatak provokator adalah orang yang berpegang teguh pada prinsipnya. Disini penulis menceritakan caranya! Bagaimana menghadapi provokator media social dan jalanan.
Provokator dan motivator ibarat dua sisi coin yang mempunyai nilai sama tergantung pada stuasi dan tempat. Nah hanya provakator dan motivator mempunayi sifat dan cara berfikir yang berbeda lazim dimiliki setiap orang. Hal inilah yang sering menjadi pemicu kesalah pahaman. Keadaan akan semakin rumit bila Anda bertemu dengan seseorang yang memiliki watak provokator. Karena orang berwatak provokator adalah orang yang berpegang teguh pada prinsipnya. Disini penulis menceritakan caranya! Bagaimana menghadapi provokator media social dan jalanan.
Apabila
anda belum mampu memahami jalan pikirannya, coba perhatikan identik provokator biasanya merupakan agen
rahasia atau anaknya agen rahasia yang mempunyai watak yang berbeda, seorang
provokator akan mudah tersinggung dan marah kepada kita. Seorang provokator
pada dasarnya memiliki emosi yang meledak-ledak. Ini terjadi karena mereka
bersikeras akan prinsip yang dipegangnya. Sayangnya sifat seperti ini akan
memicu keegoisan sehingga mereka terlihat lebih mementingkan diri sendiri. Kesabaran jadi kunci utama jika berhadapan
dengan mereka yang berprofesi provokator. Selain
itu masih ada cara lain untuk menghadapi mereka. Ikuti beberapa tips cara
menghindari dibalik senyum manis provokator.
Menenangkan Diri
Saat
mereka melontarkan kata-kata yang sekiranya menyinggung perasaan kita, abaikan
saja. Kita tidak perlu membuang-buang waktu untuk berdebat ataupun membela
diri. Karena mereka seperti itu bukan karena menghina kekurangan kita, namun
mereka sedang membicarakan kelemahan mereka sendiri.
Memahami Mereka
Saat
dia berbicara panjang lebar di depan kita, cukup dengarkan saja. Terkadang
mereka hanya ingin mencurahkan curahan hatinya. Cari tahu apa yang mereka
butuhkan dan apa yang tidak mereka inginkan.
Mempertahankan Pandangan Positif
Semakin
sering kita bergaul dengan mereka, tidak menutup kemungkinan kita akan terbawa
dengan mereka. Jangan biarkan sikap antagonis orang lain melekat pada diri
kita. Tetap pertahankan pandangan positif yang kita miliki.
Meninggalkan Mereka
Tidak
semua orang dapat kita hadapi. saat kita sudah tidak mampu lagi mengatasi
mereka, itu artinya kita perlu menjauh dan berhenti berhubungan dengan mereka
sampai akhirnya mereka menyadari bahwa dirinya seorang provokator.
Jauh sebelum Hari “H PILKADA KALIMANTAN BARAT 2018” sebenarnya mereka sudah melakukan prakondisi provokasi. Itu sebabnya publik, terutama di dunia maya dan media sosial, sudah tersulut suasana membara. Provokator menciptakan perang opini sedemikian rupa sehingga sangat seru dan sengit. Banyak orang baik-baik terpancing masuk ke “medan perang” yang memang sudah diskenariokan. Mereka memang licin sekali. Masyarakat awam, termasuk saya, tak tahu persis mana yang provokator, mana yang bukan.
Yang jelas, semua sudah tersulut emosi, saling serang dengan kata-kata, malah saling menista, padahal demonya sendiri masih belum terjadi atau baru terjadi. Latar belakang dan alasan provokator berbeda-beda. Ini dia mereka setelah dianalisa dan berdasarkan asumsi jaringan informasi yaitu :
1.
Orang-orang yang kecewa sepertinya mereka tak dapat apa-apa. “Jasawan” ini
merasa diperlakukan “habis manis sepah dibuang”. Mereka menggunakan orang
bayaran untuk ikut demo.
2.
Orang-orang bayaran koruptor.
3.
Orang-orang yang bakal mengail keuntungan jika demonstran merusak banyak
fasilitas umum.
4.
Orang-orang swasta yang berkolusi dengan oknum PNS yang pada masa lalu
menguasai banyak proyek.
5.
Orang-orang yang disusupkan politisi.
6.
Orang-orang yang merasa “tokoh” dan tersinggung ucapan Kepala Daerah.
7.
PNS yang kehilangan akibat kedudukan jabatan bernuansa SARA.
8.
Orang-orang yang semata-mata senang jika keadaan rusuh dan masyarakat kena
imbas. Mereka tidak punya motif apa-apa. Mereka hanya senang melihat banyak
orang menderita.
10.
Mereka yang mengorbankan diri. Mereka menciptakan provokasi brutal terhadap
aparat sehingga aparat terpancing membalas, sehingga mereka menderita
luka-luka. Tujuan mereka adalah mendiskreditkan aparat, sekaligus menjadi
“pahlawan” demonstran.
11.
Keterlibatan asing. Ada negara asing yang berkepentingan Indonesia tidak aman,
kemudian mereka ingin masuk untuk menguasai sumber daya alam, atau menempatkan
pejabat level atas yang menjadi “boneka” mereka. Asing menggunakan agen sendiri
atau memanfaatkan orang bayaran ikut unjuk rasa.
Comments
Post a Comment
TERIMAKASIH KEPADA ANDA JIKA BERKENAN BERKOMENTAR BLOG INI.....