Berbicara tentang kehidupan pata sufi terdahulu,seperti yang ditulis KH Muhammad Sholikhin, dalam bukunya 'Ternyata Syekh Siti Jenar Tidak Dieksekusi Wali Songo', setidaknya dia menyebutkan ada tujuh versi kematian Syekh Siti Jenar. Diantaranya dihukum mati oleh Sultan Demak, dihukum Sunan gunung Jati, dihukum Sunan Giri, dan versi cerita dihukum mati oleh Wali Songo.Tetapi tidak ada kejelasan pasti yang dituliskan dalam berbagai buku yang pernah diterbitkan.
Mungkin kisah ini merupakan salah satu kontroversi tersendiri dikalangan umat muslim. Dari kisah sebenarnya tentang orang-orang yang membunuh utusan Allah, tepat seperti yang dikisahkan dalam Quran dan Kitab Kitab Allah. Baca juga Paradoks-wahdatul-wujud-dan-lilin-ibnu
Jika kita melihat Nabi Isa as dari wahyu yang tertuliskan dalam Kitab Al Injil,maka kita akan dapatkan Isa sebagai manusia yang tidak memiliki setetes dosa,karena Dia lahir dari sebahagian Ruh Allah,sehingga semua perkataanya tidak terikat dengan hukum hukum Yahudi yang diterapkan oleh Para Ahli Kitab. Ahli kitab Yahudi tidak setuju dengan apa yang diucapkan oleh Nabi Isa,karena segala hal yang keluar dari mulut Nabi Isa adalah ucapan hati,ucapan ruh.Ucapan yang tidak dibatasi oleh hukum jasmani dan Syariat syariat.
Bagaimana dengan kisah Syekh Siti Jenar?
Sulit dipercaya, agama yang dianut Sisingamangaraja XII awalnya adalah agama asli Batak, yang pertama menyebarkan isu ini adalah Rheinische Missionsgesellschaft, missionaris Belanda. Pada waktu itu Singamangaraja XII mulai menyalin kerjasama dengan pihak Aceh yang menganut ajaran Islam (tasawuf) untuk memerangi kekuasaan kolonial Belanda diwilayah Sumatera. Tetapi setelah kematiannya, mengapa makam Sisingamangaraja XII diberi nisan salib? Padahal pada saat dia menjalani hidup sebagai muslim tidak ada masalah sama sekali dengan rakyatnya yang berbeda agama, mereka rukun sebelum masuknya kolonilisme Belanda.
Pemerintahan kolonial Belanda menyadari kekuatan besar ditanah air, mereka tidak hanya mencuri kekayaan alam, bahkan tradisi dan legenda orang-orang terkenal dibuat berbeda. Mereka menerapkan divide et impera, sebuah cara yang lebih halus dengan menggunakan makam Sisingamangaraja XII untuk memecah belah wilayah Batak. Tentunya masyarakat beragama saling terpecah menjadi beberapa kelompok yang akan mempermudah penjajahan kolonialisme.
Jadi, sebenarnya kisah pemalsuan religi ditanah Batak tidak ada kaitannya dengan Islam, dimana mereka sebelumnya tidak mempermasalahkan dan hidup rukun, semua ini tak lain hanya taktik penjajah untuk menguasai tanah Batak.
Lalu, apa yang sebenarnya terjadi dengan Syekh Siti Jenar?
Ketika Musa tak sadarkan diri selama 40 hari, bukan dalam arti kata pingsan, mengigau, ataupun sejenisnya. Segala perbuatan dan ucapannya bukan berasal dari dirinya, melainkan Kalam Allah yang tidak bisa dibantah dan harus terlaksana ataupun terucap, maka tertulislah ayat-ayat dari-Nya. Musa sadar, dia tahu apa yang dilakukannya tapi tidak bisa dihentikan, sebagaimana disebutkan dalam Quran:
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah". Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya". Lalu seluruh malaikat-malaikat itu bersujud semuanya (Saad, 38:71-73).
Tidak hanya Musa,Isa dan semua nabi menerima persitiwa yang sama akan berlangsung selama 40 hari, setiap perkataannya adalah Kalam, dimana Allah telah menjadikan manusia sebagai Wahdaniyah pada dirinya. Inilah yang diyakini kaum sufisme, "Aku lebih dekat dari urat nadimu", bahwa di dalam diri manusia terdapat Jiwa Yang Suci.
Tetapi, pada waktu masa Al-Hallaj dan Syekh Siti Jenar, masih banyak orang yang belum memahami konsep sufi dan para wali utusan Allah. Mereka mengira bahwa ajaran yang diturunkan tidak sesuai dengan syariat, sehingga menimbulkan kontra dan keputusan sesat untuk menghakimi wali.
Mereka yang tidak mengerti tentang hakikat dan makrifat tidak akan memahami fenomena yang terjadi, sehingga orang-orang yang menguasai hukum-hukum syariat menghukum mati Syekh Siti Jenar dan Al-Hallaj. Ketika Syekh Siti Jenar dihukum dan darah keluar dari tubuhnya, jasadnya raib, dari zat kembali ke zat. Dan itu terbukti sampai sekarang, tidak pernah ada makam Syekh Siti Jenar.
kisah ini sudah diturunkan sejak para guru terdahulu, dimana pada waktu itu banyak kalangan tasawuf ikut membela tanah air dan menyadari politik adu domba yang lancarkan penjajah, bahkan masih melekat sampai sekarang.Sampai kapanpun kita tidak akan mengerti pasti apa yang terjadi kepada wali Allah ini,ada yang mengatakan bahwa “fitnah besar menuduh para ulama sekaligus wali yang menghukum mati Syekh Siti Jenar”,yang lain mengatakan “para wali membunuh Syekh Siti Jenar karena idiologi yang berbeda”.
Hal yang tidak mampu sejarah dustai adalah kematian Syekh Siti Jenar, karena islam yang di tegakkan sangat jauh dari pengertian jasmani yang sangat sulit difahami oleh orang orang syariat, (Islam yang di tegakkan oleh Syekh Siti Jenar adalah islam Ruhani,ilmu Quddus,dan itu jugalah yang di dakwahkan Nabi Isa as,sehingga Dia harus dihukum mati karena jauh dari hukum hukum syariat yahudi dan Islam.Saat Syariat mengatakan “Rajam,pancung,potong”,tapi Ruhani menolak dengan mengatakan “hanya manusia yang tidak berdosa layak menghukum manusia lainya”.)
Penyebaran Islam melalui jalur perdagangan :
Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia. Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalah waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara.
Untuk mengetahui lebih jauh dari teori-teori tersebut, silahkan Anda simak uraian materi berikut ini.
1. Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah :
- Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia.
- Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia – Cambay – Timur Tengah – Eropa.
- Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat. Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai. Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam. Demikianlah penjelasan tentang teori Gujarat. Silahkan Anda simak teori berikutnya.
2. Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah:
- Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
- Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. SedangkanGujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
- Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir. Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri. Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau sudah paham simak
3. Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:
- Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
- Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al – Hallaj.
- Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda- tanda bunyi Harakat.
- Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
- Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.
Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki
kebenaran dan kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah
disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7
dan mengalami perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam
penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).
Demikianlah uraian materi tentang proses masuknya Islam ke Indonesia.

Proses masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia pada dasarnya dilakukan dengan jalan damai melalui beberapa jalur/saluran yaitu melalui perdagangan seperti yang dilakukan oleh pedagang Arab, Persia dan Gujarat. Pedagang tersebut berinteraksi/bergaul dengan masyarakat Indonesia. Pada kesempatan tersebut dipergunakan untuk menyebarkan ajaran Islam. Selanjutnya diantara pedagang tersebut ada yang terus menetap, atau mendirikan perkampungan, seperti pedagang Gujarat mendirikan perkampungan Pekojan.
Dengan adanya perkampungan pedagang, maka interaksi semakin sering bahkan ada yang sampai menikah dengan wanita Indonesia, sehingga proses penyebaran Islam semakin cepat berkembang.
Dengan adanya perkampungan pedagang, maka interaksi semakin sering bahkan ada yang sampai menikah dengan wanita Indonesia, sehingga proses penyebaran Islam semakin cepat berkembang.
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubaliqh yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren.
Pondok pesantren adalah tempat para pemuda dari berbagai daerah dan kalangan masyarakat menimba ilmu agama Islam. Setelah tammat dari pondok tersebut, maka para pemuda menjadi juru dakwah untuk menyebarkan Islam di daerahnya masing- masing. Di samping penyebaran Islam melalui saluran yang telah dijelaskan di atas, Islam juga disebarkan melalui kesenian, misalnya melalui pertunjukkan seni gamelan ataupun wayang kulit.
Dengan demikian Islam semakin cepat berkembang dan mudah diterima oleh rakyat Indonesia.
Dengan demikian Islam semakin cepat berkembang dan mudah diterima oleh rakyat Indonesia.
Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari peranan para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati. Di pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang dikenal dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari yaitu :
- Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di Jawa Timur.
- Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel Surabaya.
- Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
- Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
- Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik)
- Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus.
- Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di daerah Demak.
- Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria.
- Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat (Cirebon)
Demikian sembilan wali yang sangat terkenal
di pulau Jawa, Masyarakat Jawa sebagian memandang para wali memiliki
kesempurnaan hidup dan selalu dekat dengan Allah, sehingga dikenal dengan sebutan
Waliullah yang artinya orang yang dikasihi Allah Nyasar cari :
- Perkembangan islam di indonesia
- Perkembangan islam
- Sejarah perkembangan islam di indonesia
- Perkembangan agama islam di indonesia
- Sejarah perkembangan islam
- Perkembangan agama islam
- Sejarah masuknya islam di indonesia
- Sejarah perkembangan agama islam
- Penyebaran islam indonesia
- Penyebaran islam di indonesia
- Perkembangan politik islam di indonesia
- Proses masuknya islam ke indonesia
- Proses masuk dan berkembangnya islam ke indonesia
- Masuk dan berkembangnya islam di indonesia
- Teori makkah
- Perkembangan pendidikan agama islam di indonesia
- Proses masuknya agama islam ke indonesia
- PROSES MASUK DAN PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM DI INDONESIA
- Perkembangan pendidikan islam di indonesia
- Mengapa islam berkembang dengan cepat di indonesia. Baca juga SYAIKH JUNAID AL BAGHDADI DAN WANITA CANTIK
Comments
Post a Comment
TERIMAKASIH KEPADA ANDA JIKA BERKENAN BERKOMENTAR BLOG INI.....