Jika kita memperhatikan ayat ayat alqur'an tentang hal-hal yang menunjukkan keimanan seseorang.
Kebanyakan ayat al-Qur’an setelah menyebut kata amanu (beriman) selalu digandengkan dengan kata wa ‘amilu as-shalihat (berbuat baik).
Semua yang dimulai dengan kalimat beriman pasti selalu dilanjutkan dengan ciri-ciri akhlak/budhi pekerti yang mulia karena memang keduanya tak bisa terpisah.
Diceritakan dalam sebuah hadits, ada seorang wanita yang rajin shalat di malam hari dan rajin puasa di siang hari, tetapi Rasul mengatakan dia itu masuk neraka, tentu saja para sahabat menunjukan keheranannya dan bertanya alasannya kepada Rasulullah, beliau menjawab, “ia masuk neraka karena ia selalu menyakiti hati tetangganya dengan lidahnya”. (HR. Ahmad dan Al-Hakim dari Abu Hurairah).
Berdasarkan hadits tersebut, seakan-akan shalat dan puasa yang dilakukan wanita tadi tidak berarti sama sekali, lantaran ia sering menyakiti hati tetangganya (sesamanya).
Di dalam ajaran Tasawwuf akhlak mempunyai kedudukan penting, sehingga dihargai lebih tinggi dari pada ibadah-ibadah ritual.
Manusia yang paling baik akan berjuang di tengah-tengah manusia. Ia akan berusaha memasukan rasa bahagia kepada orang lain, karena untuk menunjukkan kecintaan kita kepada Allah ialah melalui kecintaan kita kepada sesama manusia, dan kedekatan manusia kepada Allah dengan cara melakukan sopan santun kepada sesamanya.
Jika kita juga memperhatikan hadits-hadits tentang hal-hal yang menunjukkan keimanan seseorang.
Hadits-hadits itu biasanya dimulai dengan kalimat "man kana yu'minu billahi wal yaumil akhir." (Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir)
Menariknya lagi, semua hadits yang dimulai dengan kalimat seperti itu pasti selalu dilanjutkan dengan ciri-ciri akhlak/budhi pekerti yang mulia:
Misalnya.
-"Hendaknya dia menghormati tetangganya (sesama makhluk-Nya)"
-"Hendaknya dia senang menyambungkan tali persaudaraan"
-"Hendaknya dia berbicara yang benar dan kalau tidak mampu berbicara dgn benar, maka lebih baik diam"
-"Tidak dianggap sebagai orang beriman apabila dia tidur dalam keadaan kenyang, sementara para tetangganya kelaparan disekitarnya"
Di lain hadits, Rasulullah bersabda:
“Manusia yang paling baik ialah yang paling baik akhlaknya. Manusia yang paling baik adalah manusia yang paling banyak manfaatnya kepada sesama. Manusia yang paling baik adalah manusia yang paling baik dalam membayar hutangnya. Yang paling baik di antara kamu adalah yang paling baik kepada isteri dan anak-anaknya. Yang paling baik di antara kamu adalah engkau masukan rasa bahagia kepada hati saudaramu yang mukmin.”
"Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, yang lemah lembut, dan tidak pernah menyakiti orang lain"
Kemudian beliau melanjutkan : "Seorang manusia tidak akan mencapai hakikat iman sebelum dia mencintai orang lain seperti ia mencintai dirinya sendiri dan sebelum sesamanya aman dari gangguannya".
Islam mengajarkan Addinu husnul khuluk. Artinya, agama itu sesungguhnya adalah akhlak mulia. Baca Juga : Huruf-ha-dan-ba-esensi-agama
Seperti petuah Jawa “Sing sujud karo Pangeran, sing bekti karo wong tuwa, sing rukun karo sedulur, sing asih karo sapepada.” (Kita semua mesti tunduk dan pasrah kepada Tuhan, berbakti pada orang tua, rukun dengan saudara, dan cinta kasih pada sesama makhluk.) Itu semua adalah cerminan akhlak mulia.
Budaya Jawa begitu erat kaitannya dengan agama Islam. Karena budaya jawa yang suka damai dan terbuka terhadap pengaruh luar. Karena Hakikat Islam adalah agama yang damai, penuh toleransi. Lakum dinukum waliyadin, bagiku agamaku, bagimu agamamu. Begitu menurut Islam.
Kata pepatah jawa :
“Sewu sobat isih kurang, musuh siji wis keakehan.” (Seribu sahabat masih kurang, seorang musuh sudah terlalu banyak.)
Jadi Intinya Keimanan kepada Allah dan Hari Akhir selalu diukur dengan akhlak terhadap sesama makhluk-Nya. Wallahu a'lam
Comments
Post a Comment
TERIMAKASIH KEPADA ANDA JIKA BERKENAN BERKOMENTAR BLOG INI.....