Ada beberapa tingkatan (maqom) bagi orang yang menjalani atau berjalan di dalam titian jalan spiritual tasawwuf (Sufism).
Dalam setiap titian atau tingkatan dijalan tasawwuf tersebut, pelakunya akan merasakan situasi-situasi tertentu dan berbeda.
Yang pertama adalah taubat atau mohon ampunan kepada Allah.
Taubat itu bukan hanya sekadar mengucap astaghfirullah, tapi perubahan sikap dan perilaku kita. Astghafirullah hanya lafadnya saja.
Taubat itu sendiri terbagi ke dalam tiga tingkatan.
-Taubatnya orang awam atau umumnya manusia : yaitu taubat dari segala dosa.
-Taubatnya ulama atau ahli ilmu : yaitu taubat dari lupa dan ingat. Dan..
-Taubatnya ahli tasawwuf : taubat dari merasa dirinya ada (eksis).
Setiap orang yang merasa dirinya “ada”, bisa jatuh ke dalam kemusyrikan, Kita ini adalah “maujud” (diadakan). Kita hidup 30, 50, 100 tahun hanyalah “diadakan”. Sedangkan yang “ada” (wujud) hanyalah Allah. Dialah yang mengadakan kita. Kita harus merasa sementara dan diadakannya.
Kata ahli sufi :
Tidak ada “aku” yang sesungguhya, kecuali “Aku”nya Allah. "La Ilaha Illa Ana".
Tidak ada “dia” yang sesungguhnya kecuali “Dia”nya Allah "La Ilaha Illah Huwa".
Tidak ada “engkau” yang sesungguhnya, kecuali “Engkau”nya Allah "La Ilaha Illa Anta".
Setelah taubat ini, akan timbul tingkatan selanjutnya, yaitu wara'i.
Yang kedua adalah wara'i. Orang yang mencapai maqom ini melihat segala sesuatu dengan hati-hati. Yang tidak betul-betul halal, tidak akan diambilnya. Tidak akan mengambil kedudukan yang bukan miliknya. Kalau wara’i sudah selesai.
Selanjutnya timbullah Zuhud.
Zuhud adalah memandang rendah dunia. Misalnya dapat uang 10 juta biasa-biasa saja. Hilang 10 juta juga biasa-biasa saja. Seperti Gus Dur. ketika beliau sebelum menjadi presiden, beliau bersikap biasa saja. Ketika jadi presiden juga bersikap biasa saja. Begitu juga ketika beliau sudah tidak jadi presiden lagi.
Dan zuhud itu bukan berarti harus melarat, tapi lebih pada sikap. Orang kaya bisa zuhud, orang melarat bisa serakah. Tapi zuhud lebih pada sikap dan cara pandang orang terhadap dunia. Ia menyikapi selain Allah itu kecil. Baca Juga : Nur-nabiyyina-muhammad-sawl
Tiga tingkatan ini berada dalam proses takhalli atau pembersihan diri. Efek kejiwaan sementara orang dalam tingkatan ini adalah khauf dan Hubb, atau takut dan Cinta kepada Allah. Dan Segala amal soleh dan ibadah yang dilakukannya adalah semata mata lita’abud, untuk beribadah. Wallahu a'lam
https://postinganmantap16.blogspot.com/?m=1
ReplyDelete