Urgensi seorang Mursyid bagi salik
Semoga kita yang merinduNya, dipertemukan dengan guru yang ahli dalam makrifat, yang mendapatkan bimbingan langsung dari-Nya agar kita bisa melepaskan keegoan yang ada pada diri serta bisa mengenal diri yang sebenar sebagai suatu jalan ma’rifat kepada Allah.
Kata al-Ghazali, antara perkara yang wajib bagi seorang Salik yang menempuh jalan kebenaran adalah bahwa dia harus mempunyai seorang mursyid dan pendidik spiritual yang dapat memberinya petunjuk dalam perjalanannya, serta melenyapkan akhlak-akhlak yang tercela dan menggantinya dengan akhlak-akhlak yang terpuji. Seumpama petani hendaknya seorang pendidik spiritual merawat tanamannya. Setiap kali dia melihat batu atau tumbuhan yang membahayakan tanamannya, maka dia langsung mencabut dan membuangnya. Dia juga selalu menyirami tanamannya, agar dapat tumbuh dengan baik dan terawat, sehingga menjadi lebih baik.
Bagaikan tanaman yang membutuhkan perawat, maka seorang salik harus mempunyai seorang mursyid. Sebab, Allah mengutus para rasul kepada umat manusia untuk membimbing mereka ke jalan yang lurus. Dan sebelum Rasulullah saw wafat, beliau telah menetapkan para khalifah sebagai wakil beliau untuk menunjukkan manusia ke jalan Allah. Begitulah seterusnya, sampai hari Kiamat. Oleh karena itu, seorang salik mutlak membutuhkan seorang mursyid.
Di antara yang pernah dikatakan al-Ghazali juga adalah: “Murid” membutuhkan seorang mursyid atau guru yang dapat diikutinya, agar dia menunjukkannya ke jalan yang lurus. Jalan agama sangatlah samar, dan jalan-jalan setan sangat banyak dan jelas. Oleh karena itu, jika seorang yang tidak mempunyai mursyid yang membimbingnya, maka pasti setan akan menggiringnya menuju jalannya. Barangsiapa berjalan di jalan yang berbahaya tanpa penunjuk, maka dia telah menjerumuskan dan membinasakan dirinya. Masa depannya ibarat pohon yang tumbuh sendiri. Pohon itu akan menjadi kering dalam waktu singkat. Apabila dia dapat bertahan hidup dan berdaun, dia tidak akan berbunga, apalagi berbuah. Yang menjadi pegangan seorang murid adalah mursyidnya. Maka hendaklah murid berpegang teguh kepadanya. Baca Juga : Musa-ibnu-nusair-sang-mujahid
Di samping itu, Abu Hamid al-Ghazali juga pernah menyatakan, Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada hambaNya, maka Dia akan memperlihatkan kepadanya penyakit-penyakit yang ada di dalam jiwanya. Barangsiapa mata hatinya terbuka, niscaya dia akan dapat melihat segala penyakit. Apabila dia mengetahui penyakit itu dengan baik, maka dia dapat mengobatinya. Namun mayoritas manusia tidak mengetahui penyakit-penyakit jiwa mereka sendiri. Seorang di antara mereka dapat melihat kekotoran di mata saudaranya. Tapi dia tidak dapat melihat penyakit di matanya sendiri. Barangsiapa ingin mengetahui penyakit-penyakit dirinya, maka dia harus menempuh empat cara: Dia harus duduk di hadapan seorang mursyid yang dapat mengetahui penyakit-penyakit jiwa dan menyingkap aib-aib yang tersembunyi. Dia harus mengendalikan hawa nafsunya dan mengikuti petunjuk mursyidnya itu dalam melakukan mujahadah. Inilah sikap terhadap gurunya. Dengan demikian, mursyid atau gurunya akan dapat mengenalkannya dengan penyakit-penyakit yang ada dalam jiwanya dan cara mengobatinya.
Comments
Post a Comment
TERIMAKASIH KEPADA ANDA JIKA BERKENAN BERKOMENTAR BLOG INI.....